Kamis, 30 November 2017

Senja Terakhir

Kita berbeda pilihan. Beda keinginan. Beda misi. Beda pandangan hidup. Beda warna. Beda mata. Beda perasaan. Beda air mata. Beda usia. Beda harkat dan martabat. Beda silsilah. Beda dalam mencari tujuan hidup. Beda segalanya.

Aku bukan senja terakhirmu. Kau pun bukan senja terakhirku.

Titik.

Terima kasih.

Senja Kedua Puluh Empat

SEMANGAT AGUSMAN!!

Minggu, 19 November 2017

Senja Kedua Puluh Tiga

aku kian hilang,
aku menjauh dari sudut pagimu,
aku terlepas dari jantungmu,
aku berdegup sendiri,
aku berlayar sendiri,
mabuk sendiri,
menikmati candu setangkai bunga, sendiri

aku berlayar ke barat, kembali ke kota pertama kita, kota yang kau tinggal pergi
aku mabuk di sepanjang dek,
aku melepas mantra pada juntai awan,
aku menghujani lautan dengan sumpah,
aku mengutuk bayanganmu yang suka memanggil-manggil,
aku gelap
aku perompak dari ayah seorang perompak

aku tiba di kota pertama kita,
aku mendatangi gubuk yang kau tinggal pergi,
aku terisak-isak,
kini aku yang memangil-manggil namamu,
mengecup banyaknya layu setangkai bunga yang sering aku kirim,
apakah aku benar terlepas dari jantungmu?

aku,
mungkin sudah gila,
aku jadi terbiasa mabuk,
aku sekali lagi kalah,
aku terlepas dari jantungmu,
aku kalah,
aku tak pernah datang memintamu


Batam, 5 November 2017

- miss you -

Jumat, 17 November 2017

Senja Kedua Puluh Dua

Hey, Ciputat. Apa kau mencariku? Sori, aku cabut ga bilang-bilang.

Waah, aku rindu padamu. Rindu mendengar adzan maghrib Masjid Fatullah. Rindu senja empat menit di lantai dua. Aku rindu anakku.

Aku tidak cukup baik di kota baru ini. Mungkin karena tempat baruku letaknya di blok pasar, jadinya, terasa asing di tengah-tengah orang asing. Mungkin perasaanku saja.

Sebenarnya tertolong sama letak hunian baru ini. Akses ke tempat-tempat vital jaraknya lumayan dekat. Seperti masjid, halte, mini market, apotik, tempat ATM, warung. Tapi, mungkin yang namanya pasar, harga-harga makanan cukup maksa untuk ngeluarin isi dompet yang berlebih. Kebutuhan lainnya juga sama. Mengeluh. Tapi nanti terbiasa. Lagian, belum tentu juga sampai dua tahun di sini. Bisa saja dua bulan.

Yap!!

Mulanya kita berpikir, bisnis online shop bakal lebih menjanjikan di kota ini. Mengingat ini kawasan bebas pajak. Kita juga melihat banyak teman-teman pegiat online shop dari kota ini. Kita juga berpikir, jika melakukan pengiriman ke luar dari kawasan ini dengan satu dua produk akan aman-aman saja, ternyata akhir-akhir ini mendapat pengawasan ketat dari pihak BC (Bea Cukai). Begitu banyak paket yang numpuk di Hang Nadim. Pengiriman jadi lama. Harus pakai oke atau reguler. Reguler saja kadang memerlukan waktu seminggu, paketnya baru sampai pada pelanggan. Pelanggan jadi banyak yang ngeluh.

Tentunya beberapa cara sudah kita coba. Saran-saran dari pihak ekspedisi juga sudah kita jalankan. Dan hari jumat ini pihak BC kembali mengeluarkan regulasi baru. Kian mempersulit para pelaku online shop di kota ini. Mengeluh.

Yah, akhirnya terpikir kalau semua barang akan kita bawa saja ke Jakarta.

Kita coba tiga minggu lagi.

Intinya berusaha. Kerja keras. Berdoa.

Bedoa? Yah, harus!!

Kata mereka-meraka, 'percayalah, kamu akan menjadi orang yang berguna!'

- miss you -

Jumat, 15 September 2017

Senja Kedua Puluh Satu

Kau lupa menemuiku,
lupa segalanya
bahkan kau lupa pulang

Kau lupa menemuiku
Kau lupa
Kau lupa pulang

Aku abu atau kau yang abu?

Kemarin,
kemarin, kemarinnya lagi,
kini, dan esok
sama saja
kau rumit, payah

Kau lupa pulang
lupa segalanya

Ciputat, Akhir Desember 2016


Selasa, 29 Agustus 2017

Senja Kedua Puluh

- Aku Ingin Kita Ke Sana -

kita harus ke sana
negeri yang merampas sebagian senjaku
negeri para pecandu sumpah

kita harus ke sana
negeri satu hektar tanah milik bapak
negeri bunga-bunga dipetik secara mewah

dan kita harus ke sana
mengulang kalimat-kalimatmu yang menjaga mataku
mengingat cara kau berlari, bersembunyi, berbisik memanggilku
menemuiku di antara lipatan kertas-kertas 
merasakan kembali malu yang tak berhenti berdegup
dan juga berjumpa dengan anakku yang memanggilmu ayah
dan berjumpa dengan anakmu yang memanggilku ibu
dan biar sederhana sumpahmu
dan berakhir amarahmu
dan damai senjamu

aku ingin kita ke sana
kau, dan aku
untuk rumah yang kau tinggal pergi
untuk kita yang suka bersembunyi

Ciputat, 29 Agustus 2017

##

Tadinya aku berpikir sudah menghilang gelisahku. Dan selalu berpikir aku akan baik-baik saja. Lihatlah, aku kembali seperti orang dungu, menulis sebagian apa yang sedang kurasakan.

Ini sajak pertama di tanah rantau sejak kembali memutuskan pergi dari rumah. Ini tertulis karena ingin tertulis. Ini terpublish, sungguh aku tak bisa menjelaskan alasaannya. Rasanya aneh. Entahlah, mungkin aku ingin seseorang mendengarku. Mendengar caraku terisak.

Biarkan aku menulis karena kecintaanku akan menulis.

Jangan bertanya apa-apa lagi. Kadang senja terasa kejam. Kadang senja hadir dengan gelap, seperti ingin segera menamatkan mimpi-mimpiku.

- miss you -

Minggu, 27 Agustus 2017

Senja Kesembilan Belas

Selamat ulang tahun penikahan yang ke-50 tahun, Ayahanda JK, ulang tahun emas.

Izinkan kami menulis kembali sajak romantis ta' di dunia senjaku'. Dan Bunda Mufidah kami yang canti', kusukaki sederhana ta'. Heheheee.

##

Setengah Abad Yang Indah

Di hari minggu yang sama, setengah abad yang lalu, kita duduk bersanding dengan penuh bahagia. Di aula hotel negara, Makassar yang pada waktu itu cukup terpandang. Sekarang sudah bubar itu hotel.

Setelah paginya akad nikah di rumahmu, yang dipenuhi para keluarga, itu hari terindah dalam hidupku. Aku pertama kali melihatmu, waktu kita di SMA. Kita beresebelahan kelas. Karena  kau adik kelasku. Aku terpesona dengan kesederhanaanmu. Walaupun kau sempat takut tak peduli padaku. Aku menyukaimu pada detik pertama aku melihatmu.

Tujuh tahun lamanya aku berusaha untuk mendekati dan meyakinkanmu. Tapi engkau seperti jinak jinak merpati, sama dengan nama jalan di depan rumahmu. Antara mau dan tidak, sering membingungkan tidak jelas. Aku bersabar berjuang dengan waktu. Namanya pacaran tapi kurang asyik seperti teman-teman saya lainnya.

Kemana-mana kau dikawal oleh adik-adikmu kayak paspampres saja. Walaupun aku punya vespa tapi kamu enggak pernah mau dibonceng. Selama tujuh tahun, kita hanya sekali nonton bioskop. Itupun dengan teman-temanmu. Sehingga untuk bisa memegang tanganmu saja, sangat sulit.

Tapi kutahu hal yang sulit biasanya berakhir manis. Akar budaya kita memang berbeda, antara Bugis dan Minang. Orangtuamu terkadang khawatir karena engkau anak perempuan satu-satunya. Adiknya laki-laki semua.

Orangtuaku pula sering salah mengerti adat minang. Kenapa perempuan lebih banyak menentukan. Perbedaan yang nyaris menduakan kita. Kalau ke rumahmu, harus siap untuk sabar. Mendengar petuah Bapakmu dengan suara yang pelan, seperti guru menasehati muridnya. Karena memang bapak dan ibumu juga guru. Aku ingin menemuimu, tapi bapakmu menyembunyikannmu.

Kau baru dipanggil keluar kalau saya permisi pulang. Sebenarnya itu termasuk perilaku yang kejam. Datang ke rumahmu sore hari sebelum magrib, begitu magrib aku berdiri dan azan dengan fasih. Keluar salat berjamaah yang diimami oleh bapakmu.

Ini juga penting dengan bapakmu aku juga lagi shalat. Setelah tamat SMA, kau bekerja di BNI. (Lalu) kuliah sore. Sampai kuliah aku juga bekerja di kantor bapakku, agar bisa sering terbang, sekali seminggu aku minta menjadi asisten dosen dan mengajar di kelasmu tanpa honor. Semua itu agar bisa bertemu denganmu, dan melihatmu senyummu.

Keras sekali perjuanganku tapi demi menatapmu.

Akhirnya kau luluh juga. Ayahku akhirnya memahami perbedaan adat kita, selain ibuku dan sahabatnya memberi nasihat. Mungkin juga setelah membaca buku Hamka, tenggelamnya kapal Van de Wijk.

Semua itu karena untuk melihat senyummu.

Saat orangtuaku melamarmu untuk jadi istriku, aku melihat cakrawala tersenyum perjuangan cinta bertahun-tahun yang berbuah manis. Setelah kita menikah aku menjalankan perusahaan ayahku. Kau sekretaris, merangkap keuangan karena kita belum bisa, memegang pegawai tambahan.

Di samping mengasuh anak dan mengurus rumah dengan baik, anak-anak kita kau asuh sendiri tanpa suster seperti cucu kita sekarang.

Selama 50 tahun kau chef terbaik yang kukenal, karenanya kita jarang makan di restoran. Di kantor pun setiap hari kau kirim makanan. Teman-teman selalu menunggu apa yang akan kau hidangkan. Kau tahu cintamu terus mengitariku karena hidangan yang kau buat.

50 tahun kita jalani 33 tahun di Makassar dan 17 tahun di Jakarta. Sungguh suatu perjalanan yang panjang. Kita jalani hidup tanpa berubah kecuali aku suka kesederhanaanmu sejak pertama aku melihatmu dan sekarang kesederhanaanmu terindah. Secara ekonomi gaji pejabat negara tidak besar. Termasuk Bapak Jokowi.

Lebih besar hasil usahamu yang bermacam-macam, sampai tambak udang menelpon dari meja riasmu. Mungkin perpaduan semangat Minang dan Bugis yang kau alami. Kau perempuan hebat istriku.

Dalam aura kesederhanaanmu tersimpan energi yang dahsyat. Orang bugis tak fasih berkata-kata indah. Kecintaannya ditunjukkan oleh perilaku, bahasa tubuh, dan senyumnya. Untuk romanits pun aku tak pandai ucapkan dengan kata-kata.

Karena itu aku minta maaf kepadamu, karena selama 50 tahun aku tak pernah beri bunga sambil berucap i love you.

##

Yah, kembali tahu tentang senja yang cantik dari orang-orang hebat.

- miss you -

Sabtu, 26 Agustus 2017

Senja Kedelapan Belas


Baru bisa buka-buka blog. Beres-beres. Usahlah bersih-bersih. Ga berdebu-debu amat. Dan juga baru punya waktu ngeliatin blog tetangga. Cukup tersenyum saja. Dia mah pastinya kian baik pribadinya.

Ternyata senja ketujuh belas menyambangi kota seberang. Wahh, baru terlihat. Dan waw!! No komen!

Nulis apa, ya?

Intinya, karena daku ini makin tua, teman-teman seangkatan pada selalu nanyain, kapan nikah?

Jujur saja, ga tau mau jawab pake apaan.

Bukannya minta didoain yang baik-baik, malah paling jawabnya ngawur.

"Gini, ya, guys. Kalian kan sudah pada nikah, udah pada punya anak. Aku hanya berharap sih, cobalah untuk setia, macam lagunya Mbak KD. Toh, jangan coba nyari istri-istri baru macam penyanyi kondang sono. Atau kayak pemilik sorban di kampung sebelah. Berabe, boosku! Apa kata surat nikahmu!!"

Sekian  dulu. Senja sudah berwarna jingga. Tersenyum cantik.

- miss you - 


Jumat, 25 Agustus 2017

Senja Ketujuh Belas

i'm clumsy, yeah my head's a mess
'cause you got me growing taller everyday
we're giants in little man's world
my heart is pumping up so big that it could burst

been trying so hard not to let it show
but you got me feeling like
i'm stepping on buildings, cars and boats
i swear i could touch the sky

ohhh ohh ohhh
i'm ten feet tall
ohhh oh ohhh
i'm ten feet tall

........................
........................
........................
........................

been trying so hard not to let it show
but you got me feeling like
i'm stepping on buildings, cars and boats
i swear i could touch the sky

ohhh ohh ohhh
i'm ten feet tall
ohhh oh ohhh
i'm ten feet tall

(Afrojack - Ten Feet Tall)

Minggu, 02 Juli 2017

Senja Keenam Belas

Aku pikir, kamu keliru jika menceritakan hal itu padaku. Kalau ngasi undangan, itu baru benar.

Pandangan apa yang kamu harapkan dari orang yang mencintaimu, sementara hatimu, kamu berikan pada orang lain, orang yang kamu cintai?

Yang ada, aku akan menjatuhkanmu. Kau akan sakit. Aku menertawakanmu. Apa kau tak takut? Aku serius.

Sebenarnya aku masih tak percaya, wanita cerdas dan berpendidikan yang belum menikah itu bisa mencintai dua orang pria atau lebih dalam hidupnya. Kenapa bisa? Kenapa harus menjerumuskan hati pada pilihan-pilihan?

Jadi ingat nenek. Kenapa nenek tidak mencari pilihan? Kenapa tidak menentukan pilihan? Kenapa mau dijodohkan? Iya, karena nenek tidak bisa baca tulis. Karena waktu itu nenek cuma gadis dapur. Karena nenek taunya melipat sarung, buaknnya kain sutera. Karena nenek tak mengenal pilihan. Tapi pastinya, nenek mau dijodohkan karena nenek merasa kuat. Siap diajak ke negeri seberang. Siap berpisah dari orangtua. Siap menerjang badai rumah tangga.

Aku masih tak percaya.

Kenapa dulu Bapak pergi? Kenapa kemudian Bapak kembali? Apa karena Bapak merasa sudah tua dan Ibu-lah yang dengan sepenuh hati akan merawat hari-hari senja Bapak? Apa karena Bapak menyadari kalau hanya Ibu yang paling mengerti tentang uban Bapak yang mulai tumbuh?

Bapak sudah pergi selamanya. Bapak tak pernah memberikan jawabannya. Aku tak percaya, kenapa aku benci Bapak, tapi aku juga sangat menyayanginya.

Aku masih tak percaya.

Kamu, yang menikah sembilan tahun lalu, kenapa seperti masih mencintaiku? Kenapa masih menunjukkan perasaan seperti yang dulu? Ah, atau aku yang keliru menilaimu? Ingat! Ghaisan sudah memakai seragam. Ingat, Daengmu!

Aku juga tak percaya.

Dan kau, dirimu sungguh mencintai dua pria?

PRETTT!!

Tidak. Mungkin kau tidak mencintai dua pria. Kamu hanya menginginkan seorang pria dari dua pria baik, berani, dan bersungguh-sungguh.

Kenapa harus dua? Kenapa harus memilih? Ya, karena itu dirimu. Kau bisa memilih.

Aku masih tak percaya.

Jika kau sudah menitipkan perasaanmu pada seorang pria, pliss, pliis, dan pliiiss, tolong jangan coba-coba bermain hati pada pria yang satunya, atau pria yang lain. Jika berani melanggarnya, maka berani pula merasakan pilunya.

Kata cerita-cerita orangtua ta dulu, semut jangan dikasi gula.

Sebenarnya malas nulis beginian. Sudah berlarut-larut diperbincangkan. Sudah banyak menyelami 'buku-buku penting'. Sudah lama bersedih dan masa iya bersedih lagi. Sudah teralalu sering mengutuk rindu sendiri.

Diamlah. Begitu kata Bang Tere. 

Aku gagal, Bang. 

Terus terang, aku sudah tak pernah mau memulai. Dan kau mengetahuinya, kan? Aku tak pernah memulai. Kenapa harus memulai jika nantinya meninggalkan jejak sakit dan sakit? Aku tak kuat sakit. Aku tak pernah cukup uang membeli obatnya.

Sekian. Terima kasih.

Senja Simburnaik bersabda, ohhh anaknaya Pak Daud, berhentilah menulis air mata.

- miss you -

Selasa, 27 Juni 2017

Senja Kelima Belas

# Anging Mammiri #
(Bora DG Irate)

Anging mammiri kupasang
pitujui tontonganna
tusarroa takkalupa

E ... Aule ...
namangngu'rangi
tutenayya, tutenayya pa'risi'na

Battumi anging mammiri
anging ngerang dinging-dinging
namalantang saribuku

E ... Aule ...
mangerang nakku
nalo'lorang, nalo'lorang je'ne mata

Anging mammiri kupasang
pitujui tontonganna
tusarroa takkaluppa

Terjemahan:

Wahai angin yang bertiup semilir, aku menitip pesan
sampaikanlah hingga ke jendela rumahnya
pada dia yang sering melupakan

Duhai
hingga dia dapat teringat
si dia yang tak memiliki simpati

Datanglah wahai angin yang bertiup semilir
angin yang membawa rasa dingin
yang menusuk hingga ke sumsum tulang

Duhai
agar dia teringat
Bercucuranlah, bercucuranlah air mata

Wahai angin yang bertiup semilir, aku menitip pesan
sampaikanlah hingga ke jendela rumahnya
pada dia yang sering melupakan


- miss you -

Minggu, 25 Juni 2017

Senja Keempat Belas

Bapak, Kak Maria, Ambo', Ma' Aji, Lato' Aji.

Aku rindu. Aku cinta. Aku sangat sayang.

Demi senja Simburnaik, aku sangat sayang kalian.

- miss you -

Minggu, 11 Juni 2017

Senja Ketiga Belas

Kadang kita harus tertawa, terbahak-bahak, kencang sekencang-kencangnya, macam orang gila. Kemudian berbisik, bergumam, ah, kau bukan siapa-siapa!

Satu wanita, dua wanita, tiga, empat, sebanyak yang kau mau, sesanggupmu, maka ambillah wanita-wanita itu. Ajak dia nonton, atau kencan di taman bunga, di pinggiran waduk ketika senja. Beri setangkai bunga, es krim, cokelat, boneka, kalung, cincin.  Katakan padanya, aku jatuh cinta padamu. Biarkan dia kasmaran. Biarkan dia mencarimu, menggilaimu, memikirkanmu. Lihatlah, dia tak ubahnya seperti wanita-wanita kemarin.

"Biarkan aku menikahimu. Besok."

Aduhai, aku geli mendengar keberanianmu.

Kau lupa, satu dua tiga wanita, kadang membosankan.

Maka bersiap untuk berbisik, kau bukan siapa-siapa, sayang!

##

Kadang, senja terasa hanya hadir satu menit, bahkan hanya beberapa detik. Lalu senja pergi lagi. Malam kemudian datang. Gelap. Lalu menunggu senja berikutnya, begitu lama, seperti menempuh ribuan mil. Melelahkan.

Senja yang bersabar. Aku melihatmu.

- miss you -

Senin, 01 Mei 2017

Senja Kedua Belas

Setelah kemarin AB yang bercerita panjang tentang gebetannya yang sibuk dan cuek abisss, senja tadi giliran LR yang tiba-tiba datang ke kostan. Luapan emosi sangat terasa dari cara bicaranya yang gemetar. Kalau saja lampu ruang tengah kostanku menyala, aku yakin bisa melihat rona wajahnya yang merah padam.

Senin, 24 April 2017

Senja Kesebelas

Seperti apa teman terbaik itu?

Bagiku, teman tebaik adalah ketika aku berani menceritakan tentang potongan masa lalu Bapak kepada dirinya.

Jumat, 14 April 2017

Senja Kesepuluh

Tadinya, tidak ingin menulis apa-apa lagi di sini. Perasaan ini benar-benar kelelahan. Butuh dokter. Butuh obat. Butuh banyak keajaiban.

Ya Tuhaaan. Semuanya makin terasa berat. Sedikit saja tersentuh, rasanya ingin langsung membentak. Tiba-tiba hati ini begitu sensitif sekali. Mudah marah-marah. Gampang sakit.

Apa sebenarnya yang tejadi?

Senja Kesembilan

- Senja di Wajahmu, Senja di Wajahku -

biar kurias senja di wajahmu
biarkan aku melukis gurat-gurat rindu di sana
biarkan tumpah air mata rentaku
biar berwarna air matamu
biar bersimpuh indahmu

Sabtu, 08 April 2017

Senja Kedelapan

Semua sudah terdengar jelas.

Terlempar sejauh ini, selama ini, maka hal yang selalu ingin kuhargai adalah prosesnya. Tanpa memandang sebelah mata apapun itu pencapaiannya.

Kamis, 06 April 2017

Senja Ketujuh

Selain bertemu ibuk, kembali berkomunikasi dengan teman terbaik adalah salah satu hadiah Tuhan yang paling indah.

Seperti apa teman terbaik itu?

Kamis, 30 Maret 2017

Senja Keenam

Melewati maret-maret galau butuh banyak tersenyum dan sejenisnya.

Baiklah. Setelah masuk senja keenam, rasanya persaanku perlahan membaik.

Dan baru saja ditransferin senyum dari seberang sana. Jauh. Tapi, okelah. Artinya, aku baik-baik saja toooh.